@article{Notonegoro_2023, title={Hijrah sebagai New Social Movement?}, volume={17}, url={https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/194}, DOI={10.47651/mrf.v17i2.194}, abstractNote={<p>Fenomena hijrah sedang populer dikalangan muda milenial dan juga selebritis/artis. Mereka tidak sekedar memaknai hijrah sebagai migrasi perilaku dari perilaku yang dianggap tidak baik menuju perilaku yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai agama. Namun juga membentuk berbagai identitas dan gerakan-gerakan simbolik untuk menjadi penegas bahwa mereka sudah bermigrasi. Misalnya dengan pakaian-pakaian yang khas seperti gamis, baju koko, berjilbab besar atau bahkan melakukan umroh bersama-sama. Juga menggelar pengajian-pengajian khusus dan ekslusif. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi alasan bagi mereka melakuan hijrah tersebut. <em>Pertama, </em>tumbuhnya kesadaran mereka akan pentingnya untuk menghadirkan nilai-nilai agama dalam kehidupan dunia yang kian sekuler. Mereka mengalami kesadaran bahwa jalan hidup yang dipilihnya selama ini menjauh dari nilai-nilai religiusitas. <em>Kedua,</em> hijrah sebagai jalan pelarian diri dari kehidupan dunia yang menjenuhkan. <em>Ketiga,</em> hijrah sebagai gaya hidup setelah sejumlah selebritis yang diidolakan terlebih dahulu melakuan hijrah. Hadirnya fenomena hijrah dapat menjadi hal yang positif, yaitu munculnya gerakan untuk kembali ke jiwa religius. Namun fenomena hijrah ini juga bisa berdampak negatif jika migrasi ini salah jalur. Tidak dipungkiri bahwa gerakan hijrah pun menjadi incaran kaum radikalis-teroris. Karena itu, kehadiran kelompok-kelompok moderat untuk aktif mengisi cawan-cawan kosong milenial sangat diharapkan. Media sosial yang selama ini menjadi sarana utama kaum muda milenial dalam menggali informasi keagamaan—termasuk tentang hijrah—harus berhasil didominasi oleh kelompok moderat.</p>}, number={2}, journal={MAARIF}, author={Notonegoro, Abdullah Sidiq}, year={2023}, month={Jan.}, pages={52–69} }