MAARIF
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif
<p class="Text"><strong><span lang="EN-GB">MAARIF: ARUS PEMIKIRAN ISLAM DAN SOSIAL</span></strong><span lang="EN-GB"> adalah jurnal refleksi-kritis Pemikiran Islam dan Sosial. Jurnal ini diterbitkan oleh MAARIF Institute <em>for Culture and Humanity</em>, dengan frekuensi terbit 2 kali setahun (Juni, Desember).</span></p> <p class="Text"><span lang="EN-GB">Jurnal MAARIF merupakan ruang bagi diskursus pemikiran kritis para cendekiawan, agamawan, peneliti, dan aktivis mengenai isu-isu keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Di antara beberapa cendekiawan yang pernah berkontribusi dalam penerbitan jurnal ini adalah Abdul Munir Mulkhan, Ahmad Jainuri, Ahmad Syafii Maarif, Andreas A. Yewangoe, Anhar Gonggong, Ariel Heryanto, Asvi Warman Adam, Donny Gahral Adian, F. Budi Hardiman, Franz Magnis-Suseno, M. Amin Abdullah, M.C. Ricklefs, Mohamad Sobary, Ratna Megawangi, Reed Taylor, Saparinah Sadli, Syafiq A. Mughni, Vedi R. Hadiz, Yudi Latif, dan beberapa tokoh lainnya.</span></p>MAARIF Instituteen-USMAARIF1907-8161Pengantar Redaksi: Fenomena Hijrah Generasi Milenial (Kontestasi Narasi-narasi Agama di Ruang Publik)
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/190
<p>Artikel-artikel dalam jurnal ini secara umum melihat secara kritis fenomena hijrah, baik di kalangan artis maupun di kalangan anak-anak muda millennial. Secara umum gerakan hijrah menawarkan hal positif sebagai upaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Akan tetapi, gerakan ini juga dilihat memiliki kerentanan terhadap ekslusivisme. Hijrah yang banyak dijumpai di berbagai kota cenderung sebatas perubahan kebiasaan hidup menjadi lebih Islami saja bahkan mengarah pada pembentukan pola pikir jumud dan intoleran. Justru mereka terjebakpada klaim merasa ’paling hijrah’, namun merendahkan sesama umat yang melakukan amalan yang berbeda dengan kelompoknya atau pemahamannya saja.</p>Moh Shofan
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-2417251010.47651/mrf.v17i2.190Gerakan Hijrah dan Kontestasi Ruang Publik Indonesia
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/191
<p>Artikel ini membahas bagaimana komunitas-komunitas kaum muda Muslim perkotaan Indonesia berupaya merebut ruang publik perkotaan untuk menggaungkan kesalehan performatif dan mempromosikan gerakan hijrah. Dengan mempelajari salat berjamaah, tabligh akbar, dan mengaji Quran di beberapa ruang publik Indonesia, tulisan ini berargumen bahwa kaum muda Muslim Indonesia kontemporer sangat sadar bahwa strategi baru dakwah Islam perlu menguasai ruang publik setelah sekian lama direpresi oleh rezim Suharto. Baru-baru ini, mengaji Quran dengan penduduk setempat telah berlangsung di trotoar jalan utama di Yogyakarta dan Pekanbaru. Di kota-kota lain, keterlibatan massa dalam ritual bernuansa Islam di ruang publik seperti pusat perbelanjaan, jalan raya, alun-alun kota, dan pusat-pusat keramaian lainnya telah menarik minat kaum urban Muslim. Dalam komunitas-komunitas Muslim yang saling terhubung ini, di satu sisi, mereka memahami bahwa salat berjamaah, pengajian, pembacaan Quran, dan tindakan performatif lainnya dapat berlangsung tidak hanya di tempat-tempat suci. Di sisi lain, mereka juga menganggap perlunya menggambarkan bahwa mayoritas Muslim di Indonesia tidak hanya signifikan secara statistik. Lebih lanjut, artikel ini menggambarkan bahwa meningkatnya performativitas dan artikulasi Islam di ruang publik merupakan fenomena yang tengah berlangsung di dunia Barat dan Timur terkait kebutuhan spiritual umat Islam di tengah disrupsi ekonomi, sosial, dan politik global.</p>Hamzah Fansuri
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-24172113010.47651/mrf.v17i2.191Gejala Hijrah di Indonesia: Transformasi dari Islamisme Fundamentalis Menuju Islamisme Populer
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/193
<p>Beberapa pengamat melihat gejala hijrah sebagai manifestasi corak keagamaan konservatif dan fundamentalis yang dikhawatirkan membawa agenda terselubung berupa ideologi Islam politik. Artikel ini berargumen bahwa fenomena hijrah merupakan ekspresi keagamaan kultural, yang bergerak ke wilayah budaya populer dan Islam tengahan. Secara historis, kelahiran wacana hijrah punya pertautan dengan kelompok islamisme fundamentalis yang menjadikan hijrah sebagai doktrin kunci perjuangan ideologi Islam. Namun komunitas hijrah kontemporer bertransformasi bersamaan dengan arus modernisasi dan globalisasi, memudarnya daya tarik islamisme dan organisasi keagamaan mainstream. Gerakan hijrah dengan menggunakan media sosial, mampu membingkai dan merebut makna baru hijrah sebagai upaya transformasi diri dari kehidupan yang kurang islami menjadi lebih islami atau sebagai pertaubatan diri. Gerakan hijrah juga mampu menyerap aspirasi populer di kalangan anak-anak muda perkotaan yang mengalami <em>moral panic</em>.</p>Muhammad Ridha Basri
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-24172315110.47651/mrf.v17i2.193Hijrah sebagai New Social Movement?
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/194
<p>Fenomena hijrah sedang populer dikalangan muda milenial dan juga selebritis/artis. Mereka tidak sekedar memaknai hijrah sebagai migrasi perilaku dari perilaku yang dianggap tidak baik menuju perilaku yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai agama. Namun juga membentuk berbagai identitas dan gerakan-gerakan simbolik untuk menjadi penegas bahwa mereka sudah bermigrasi. Misalnya dengan pakaian-pakaian yang khas seperti gamis, baju koko, berjilbab besar atau bahkan melakukan umroh bersama-sama. Juga menggelar pengajian-pengajian khusus dan ekslusif. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi alasan bagi mereka melakuan hijrah tersebut. <em>Pertama, </em>tumbuhnya kesadaran mereka akan pentingnya untuk menghadirkan nilai-nilai agama dalam kehidupan dunia yang kian sekuler. Mereka mengalami kesadaran bahwa jalan hidup yang dipilihnya selama ini menjauh dari nilai-nilai religiusitas. <em>Kedua,</em> hijrah sebagai jalan pelarian diri dari kehidupan dunia yang menjenuhkan. <em>Ketiga,</em> hijrah sebagai gaya hidup setelah sejumlah selebritis yang diidolakan terlebih dahulu melakuan hijrah. Hadirnya fenomena hijrah dapat menjadi hal yang positif, yaitu munculnya gerakan untuk kembali ke jiwa religius. Namun fenomena hijrah ini juga bisa berdampak negatif jika migrasi ini salah jalur. Tidak dipungkiri bahwa gerakan hijrah pun menjadi incaran kaum radikalis-teroris. Karena itu, kehadiran kelompok-kelompok moderat untuk aktif mengisi cawan-cawan kosong milenial sangat diharapkan. Media sosial yang selama ini menjadi sarana utama kaum muda milenial dalam menggali informasi keagamaan—termasuk tentang hijrah—harus berhasil didominasi oleh kelompok moderat.</p>Abdullah Sidiq Notonegoro
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-24172526910.47651/mrf.v17i2.194Mengoreksi Salah-Paham Makna Hijrah; Kajian Tafsir dan Sirah Nabawiyah
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/195
<p>Hijrah di masa saat ini banyak disalah-pahami sebagai bentuk perubahan perilaku menuju gaya hidup yang islami demi popularitas, bahkan dimaknai bergabung dengan kelompok-kelompok radikal. Makna hijrah sendiri yang berarti berpindah secara fisik dan bertaubat menuju kebaikan secara konsisten dan ikhlas tanpa pamrih. Sebagai upaya menanamkan pemahaman yang benar, Al Azhar sebagai otoritas keagamaan di Mesir menyusun mata pelajaran baru untuk tingkat menengah atas mengoreksi makna hijrah yang disalah-pahami, agar generasi muda Umat Islam tidak terjebak kepada pemahaman hijrah yang menyesatkan dan merupakan propaganda kelompok-kelompok radikal. Buya Ahmad Syafii Maarif telah menekankan bahwa tanda keimanan bukan hanya kedisiplinan beribadah akan tetapi turut memberi solusi permasalahan sosial, bukan merusak stabilitas masyarakat.</p>Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-24172708610.47651/mrf.v17i2.195Media Baru dan Otoritas Keagamaan Generasi Milenial Muslim
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/196
<p>Media baru menjadi media utama dalam penyebaran informasi saat ini. Dengan media ini informasi dapat disebarkan dengan cepat dan masif. Para pegiat keagamaan juga menjadikan media ini sebagai media penyebaran pengaruhnya. Target dakwah mereka, Generasi Milenial Muslim menjadi generasi baru dalam target dakwah di Indonesia. Generasi ini menjadikan media baru dalam mencari informasi, termasuk sumber-sumber pengetahuan keagamaan. <em>Platform</em> Instagram dan YouTube merupakan dua kanal yang palinng sering digunakan dalam menyebarkan dan menerima informasi keagamaan. Para dai yang mengisi ceruk-ceruk ini juga memanfaatkan media baru sebagai media alternatif dalam menyebarkan pengaruh keagamaan.</p>Joko Santoso
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-241728710410.47651/mrf.v17i2.196Pesan Dakwah Hijrah Influencer untuk Kalangan Muda di Media Sosial
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/198
<p>Sejak pandemi melanda dunia, penutupan tempat ibadah dan fasilitas umum dilakukan pemerintah untuk meminimalisasi penyebaran virus covid-19. Sebagai upaya penyebaran dakwah, media sosial menjadi tempat yang efektif untuk menyebarkan syiar Islam. Beberapa influencer pun banyak memberikan tausiah yang menginterpretasikan dakwah melalui unggahan akun media sosialnya. Tujuan penulisan artikel ini untuk mengkaji pesan dakwah hijrah yang dilakukan influencer di media sosial untuk kalangan muda. Beberapa media sosial yang menjadi objek penelitian peneliti yaitu akun Instagram milik selebgram, artis, dan lainnya. Selain Instagram, peneliti pun menelaah konten milik YouTuber/TikToker Majelis Nurul Legend yang sering membagikan pesan dakwah saat main <em>game</em>. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Data dalam penelitian ini diambil dari media sosial dengan teknik analisis dan pencatatan. Kemudian, data yang diperoleh dianalisis menggunakan teori Norman Fairclough tiga dimensi: mikrostruktural, mesostruktural, dan makrostruktural. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tren hijrah di kalangan selebritas membawa perubahan yang signifikan di masyarakat. Media sebagai penyebar informasi menyebarkan fenomena hijrah secara eksplisit dengan tujuan masyarakat mudah memahami pesan yang disampaikan. Selain itu, bentuk dakwah pun dalam era digital dapat dilakukan melalui permainan yang banyak dimainkan generasi milenial.</p>Syihaabul HudaaNuryaniBambang Sumadyo
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-2417210512110.47651/mrf.v17i2.198Urgensi Nilai Tasawuf pada Gerakan Hijrah di Kalangan Milenial: Konsepsi Hijrah Substantif-Sufistik
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/184
<p>Hijrah yang banyak dijumpai di berbagai kota cenderung sebatas perubahan kebiasaan hidup menjadi lebih Islami saja bahkan mengarah pada pembentukan pola pikir jumud dan intoleran. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif studi kepustakaan, artikel ini bertujuan untuk menggambarkan konsepsi hijrah substantif yaitu hijrah secara lahir dan batin yang semestinya dan sesuai spirit hijrah yang diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw. berdasarkan nilai inti ajaran Islam (tasawuf). Hasil penelitian didapatkan bahwa melalui hijrah sufistik, hijrah diharapkan mampu mencapai tujuan hakikinya yaitu lahirnya individu yang salih spiritual dan salih sosial. Perubahan mindset paling mendasar dalam spirit hijrah ialah memperbarui kesaksian (<em>syahadat</em>) dan komitmen berakhlak mulia.</p>M. Khamim
Copyright (c) 2023 M. Khamim
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2022-12-302022-12-3017212213910.47651/mrf.v17i2.184Keberagamaan Hijrah: Kebutuhan Ekonomi, Sosial Kultural, dan Eksistensi di Kalangan Selebritas
https://jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/199
<p>Hijrah tidak selalu membawa dampak positif, tetapi terkadang memberikan dampak negatif dalam pandangan orang lain. Hal ini terjadi karena pelaku hijrah tidak semuanya berubah atas dasar keinginannya dari dalam hati dan dengan tekun mempelajari agama Islam dengan baik. Pelbagai motif melatarbelakangi munculnya hijrah di Indonesia, seperti: ekonomi, sosial kultural, dan eksistensi. Dari tiga aspek ini, kebutuhan hijrah menjadi suatu bantuk yang diikuti, tetapi tidak diresapi sebagai suatu bentuk perubahan yang harus terimaji di dalam hati. Tujuan penulisan artikel ini untuk mengkaji fenomena hijrah di kalangan selebritas dengan menggunakan teori Teun A. van Dijk: kognisi, konteks sosial, dan teks. Melalui teori ini, peneliti dapat menelaah pelbagai fenomenan di masyarakat terkait hijrah yang sedang ramai diperbincangkan generasi milenial. Metode dalam penelitian ini merupakan analisis isi. Sumber data didapatkan dari media sosial dan media lainnya yang memuat fenomena hijrah di kalangan selebritas. Hasilnya didapatkan bahwa hijrah tidak sekadar ingin berubah dari hati, tetapi ada motif ekonomi yang harus terpenuhi. Selain itu, hijrah juga diikuti berdasarkan sosial kultural masyarakat Indonesia yang mengikuti pergerakan yang besar. Tujuannya agar tetap eksis di dunia hiburan tanah air dengan segala macam polemiknya.</p>Yumniati AgustinWidyat NurcahyoIrma Novida
Copyright (c) 2022
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-01-242023-01-2417214015410.47651/mrf.v17i2.199