Jurnalisme dan Seni Sebagai Jalan Perdamaian

Authors

  • David Krisna Alka Research Associate The Indonesian Institute

DOI:

https://doi.org/10.47651/mrf.v13i1.16

Keywords:

maluku, ambon, jurnalisme, konflik, seni, damai

Abstract

Rudi Fofid tak menyimpan dendam atas peristiwa masa lalu. Ayah dan dua kakak perempuannya dibunuh saat konflik terjadi. Ketika konflik mulai memanas di Bacan, ayah dan keluarganya memilih tidak mengungsi, karena merasa sudah sehati dan sejiwa dengan daerah itu. Ayahnya sudah diperingatkan oleh para tetangga, akan terjadi serangan ke rumahnya. Sang ayah bersikukuh tidak mengungsi, namun menyuruh keluarga yang lain untuk segera pergi dari rumah. Hingga kemudian, ayah dan kakaknya terbunuh. Saat kejadian itu, Rudi Fofid sedang berada di kota Tual, Provinsi Maluku. Rudi tak menyimpan dendam atas peristiwa masa lalu itu. Bahkan tidak menangis berbulanbulan. Ia hanya merasa tak ada kesempatan berkumpul lagi. Ia memahami bahwa dalam konflik, pelaku pembunuhan juga didesain untuk menjadi pembunuh. Dalam hal itu, menurut Rudi, mereka, para pelaku pembunuhan adalah juga korban.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

David Krisna Alka, Research Associate The Indonesian Institute

Tim redaksi Geotimes ini merupakan alumnus UIN Syarif HidayatullahJakartadan Wallstreet Insitute, Jakarta. Pemikir Kebudayaan Politik Indonesia, Research Associate The Indonesian Institute dan MAARIF Institute for Culture and Humanity. Di organisasi aktif sebagai Wasekjen Kornas Fokal IMM dan aktifis JIMM. Kontributor dalam beberapa buku dan kolumnis di berbagai media nasional seperti Kompas, Media Indonesia, Republika dll.

PlumX Metrics

Published

20-06-2018

How to Cite

Alka, D. K. (2018). Jurnalisme dan Seni Sebagai Jalan Perdamaian. MAARIF, 13(1), 158–163. https://doi.org/10.47651/mrf.v13i1.16