Warisan Buya dan Kita: Catatan-catatan Personal

Authors

  • Trisno S. Sutanto Paritas Institute

DOI:

https://doi.org/10.47651/mrf.v18i1.207

Keywords:

politik kebangsaan, toleransi, demokrasi, pemikiran Islam, warisan Buya

Abstract

Jika kita ingin merawat dan melanjutkan warisan pemikiran Buya Syafii ke depan, kita masih akan bergumul dengan persoalan-persoalan dasar politik kebangsaan. Setidaknya ada beberapa dimensi yang harus terus menerus diperjuangkan. Pertama, sangat jelas bahwa masa depan sistem demokrasi hanya akan berdiri teguh dan hidup (vibrant) jika dilandaskan pada prinsip kewarganegaraan (citizenship) yang inklusif dan non-diskriminatif. Kedua, prinsip kewarganegaraan itu hanya dapat dijaga jika dilandaskan pada asas kebebasan dan toleransi. Sebab kebebasan tidak boleh mengancam toleransi dan sebaliknya toleransi tidak boleh mematikan kebebasan. Ketiga, adalah meritokrasi sebagai satu-satunya tolok ukur yang diperbolehkan dalam sistem demokrasi. Itu berarti, seorang (calon) pemimpin publik hanya boleh dinilai berdasarkan karya nyata dan pengabdiannya bagi masyarakat luas, bukan oleh karena asal usul suku, ras, keyakinan, atau bahkan orientasi seksualnya. Sudah pasti, ini akan menjadi perjuangan jangka panjang demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Buya Syafii dan para guru bangsa sudah memulainya dan meninggalkan warisan sangat berharga.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Trisno S. Sutanto, Paritas Institute

Lahir di Purwokerto 1962 dan "nyantri" lama di STF Driyarkara, penulis menjadi aktivis dan peneliti lepas. Esai-esai terpilihnya diterbitkan dalam Politik Kebinekaan: Esai-esai Terpilih (2020).

References

Buku:

Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956 - 1959, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995.

Abdurrahman Wahid, “Pesantren sebagai Subkultur”, dalam M. Dawam Rahardjo (penyunting), Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, 1988.

Andrée Feillard, "Islam dan Demokrasi: 'Sekularisasi' di Ujung Tanda Tanya", dalam Rémy Madinier (penyunting), Revolusi Tak Kunjung Selesai: Potret Indonesia Masa Kini, Jakarta: KPG dan IRASEC, 2017.

Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percaturan dalam Konstituante, Jakarta: LP3ES, cetakan kedua, 1987. Edisi revisi berjudul, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara: Studi tentang Perdebatan dalam Konstituante, Jakarta: LP3ES, 2006.

Ahmad Syafii Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah, Mizan dan Maarif Institute, edisi kedua, 2015.

Ahmad Syafii Maarif, "Menimbang Kembali Keindonesiaan dalam Kaitannya dengan Masalah Keadilan, Kemanusiaan, Kebinekaan dan Toleransi", dalam Wawan Gunawan Abdul Wahid, Mumamad Abdullah Darraz dan Ahmad Fuad Fanani (eds.), Fikih Kebinekaan, Jakarta-Bandung: Maarif Institute dan Mizan, 2015

Ahmad Najib Burhani, “Transmission of Islamic Reform from the United States to Indonesia”, Indonesia and the Malay World, 41:119, 2013. Bisa diakses lewat DOI: 10.1080/13639811.2012.750097

Alois A. Nugroho dalam esainya, "Buya Ahmad Syafii Maarif, Sang 'Muazin' Moralitas Bangsa", dimuat dalam Ahmad Najib Burhani, Muhd. Abdullah Darraz dan Ahmad Fuad Fanani (eds.), Muazin Bangsa dari Makkah Darat, Jakarta: Maarif Institute dan Serambi, 2015

Burhanuddin Muhtadi, "Rasionalitas Pemilih Jakarta", Kompas 21 Februari 2017.

Denny JA, 11 Fakta Era Google: Bergesernya Agama dari Kebenaran Mutlak Menjadi Kekayaan Kultural Milik Bersama, Jakarta: Cerah Budaya Indonesia, 2021.

E.B. Lumbard (penyunting), Islam, Fundamentalism, and the Betrayal of Tradition: Essays by Western Muslim Scholars, New Delhi: Third Eye, 2005.

Fachry Ali dan Bahtiar Effendy, Merambah Jakan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: Mizan, 1986.

M. Amin Abdullah, Buya Ahmad Syafii Maarif: Muslim Progresif, Faithful Patriotism, dan Pembela Pancasila, naskah orasi Syafii Maarif Memorial Lecture (SMML), Maarif Institut, Salihara Art Center, Jakarta, 5 Juli 2022.

Paul Tillich, Systematic Theology, Chicago: The University of Chicago Press, edisi baru, 1967, Jilid I.

Joseph E.B. Lumbard, “The Decline of Knowledge and the Rise of Ideology in the Modern Islam”, dalam Joseph

Trisno S. Sutanto, Politik Kebinekaan: Esai-esai Terpilih, Jakarta: BPK Gunung Mulia dan KN-LWF, 2020, terutama Bagian Pertama.

Trisno S. Sutanto (penyunting), Teologi Publik Eka Darmaputera: Teks-teks Terpilih, Seri Penerbitan “Teologi Publik” PGI, Jakarta: PGI dan BPK Gunung Mulia, 2022.

Internet:

Marcus Mietzner dan Burhanuddin Muhtadi, "Ahok’s satisfied non-voters: an anatomy" http://www.newmandala.org/ahoks-satisfied-non-voters-anatomy/

Laporan IPAC (Institute for Policy Analysis of Conflict) No. 44, After Ahok: The Islamist Agenda in Indonesia (6 April 2018); Lapaoran IPAC No. 55, Anti-Ahok to Anti-Jokowi: Islamist Influence on Indonesia's 2019 Election Campaign (15 Maret 2019); Marcus Mietzner dan Burhanuddin Muhtadi, "Explaining the 2016 Islamist Mobilisation in Indonesia: Religious Intolerance, Militant Groups and the Politics of Accomodation", Asian Studies Review Vol 42 (2018). https://doi.org/10.1080/10357823.2018.1473335

Agama-agama ini pernah ada di dunia kini keberadaannya punah, https://m.kaskus.co.id/thread/5c07874eded770400a8b4567/agama-agama-ini-pernah-ada-di-dunia-kini-keberadaannya-punah/

Downloads

PlumX Metrics

Published

22-06-2023

How to Cite

Sutanto, T. S. (2023). Warisan Buya dan Kita: Catatan-catatan Personal. MAARIF, 18(1), 16–30. https://doi.org/10.47651/mrf.v18i1.207