Dar al-’Ahd Wa Al-Shahadah: Upaya dan Tantangan Muhammadiyah Merawat Kebinekaan
DOI:
https://doi.org/10.47651/mrf.v14i1.50Keywords:
Muhammadiyah, Negara Pancasila, Dar al-‘Ahd wa al-Shahadah, dar al-Islam, dar al-harb; Islamisme, Populisme Islamis, Islam BerkemajuanAbstract
Artikel ini mengkaji konsep Dar al-‘Ahd wa al-Shahadah (negara perjanjian dan persaksian) yang diajukan oleh Muhammadiyah. Konsep ini penting dikaji, karena merupakan konsep elaborasi antara doktrin Siyar – hukum perang dan hubungan internasional dalam tradisi Islam – dan Pancasila yang bertujuan: memberikan pedoman bagi para aktivis Muhammadiyah mengenai hubungan negara dan organisasi, sebagai fondasi pertahanan ideologis, sebagai alat harmonisasi politik, dan manifestasi intelektual dan politik yang menekankan pentingnya nasionalisme. Artikel ini secara argumentatif menyatakan bahwa melalui konsep tersebut, Muhammadiyah berupaya meredam laju gerakan Islamisme (termasuk populisme Islamis sebagai akibat dari faktor merebaknya Islamisme) di Indonesia. Secara implementatif, Muhammadiyah harus menghadapi pelbagai tantangan seperti konservatisme di lingkungan internal Muhammadiyah, infiltrasi ideologis (khususnya Islamisme) sehingga menyebabkan pemisahan diri dan pengerasan sikap keberagamaan, dan adanya kontestasi politik praktis musiman yang melibatkan pelbagai instrumentalisasi agama untuk kepentingan politik kekuasaan (populisme Islamis).
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2019 Hasnan Bachtiar
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.